KUMPULAN MAKALAH



STIE DWISAKTI BATURAJA

MANAJEMEN STRATEGI PT. UNILEVER DALAM MEMPERTAHANKAN PRODUK YANG DIPRODUKSINYA

OLEH:

KELOMPOK II

1. LISA LISMANA (06.21.1049)

2. ERLIZONAH ( 06.21.1027)

3. ERMA SURYANI (06.21.1004)

4. RUSDALENA (06.21.1056)

5. SADARIA (05.21.1031)

PROGRAM STRATA 1

PROGRAM STUDY MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DWISAKTI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Atas rahmat-Nya yang dicurakan kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “STRATEGI PT. UNILEVER DALAM MEMPERTAHANKAN PRODUK YANG DIPRODUKSINYA”

Makalah ini juga terselesaikan atas kerja sama yang baik dalam kelompok kami, tidak luput dari kekurangan dan kekeliruan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan literatur yang sangat kurang yang ada pada kami sebagai penulis, kepada Dosen pembimbing kami mohon maaf.

Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari sempurna, segala sumbang saran, gagasan, pemikiran dan koreksi dari semua pihak yang dapat memperkaya, menambah kelengkapan tulisan ini sangat kami harapkan.

Akhirnya kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin Ya Robbal Alamin.

Baturaja, 23 Oktober 2008

DTO

PENULIS

DAFTAR ISI

COVER................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR.......................................................................... 2

DAFTAR ISI........................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.................................................................................. 5

1.2 Rumusan masalah............................................................................ 11

1.3 Tujuan............................................................................................ 11

1.4 Manfaat.......................................................................................... 11

1.5 Raung lingkup................................................................................. 12

1.6 Pertanyaan...................................................................................... 12

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Strategi PT. UNILEVER menghadapi persaingan dalam

mempertahankan produk yang di produksinya.................................. 13

2.2 Visi dan misi PT. UNILEVER......................................................15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.1 Pengertian manajemen strategi

Manajemen strategis adalah ilmu tentang perumasan, pelaksanaan dan evaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi atau perusahaan mencapai tujuannya.

Jadi msnajemen strategi terfokus pada upaya memadukan manajemen, pemasaran, keuangan/ akuntansi, produksi/ operasi, penelitian dan pengembangan serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi atau perusahaan.

1.2 Tahap-tahap manajemen strategi

Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap:

1. Perumusan strategi

2. Pelaksanaan strategi

3. Evaluasi strategi

Perumusan strategi mencakup kegiatan mngembangkan visi dan misi perusahaan, mendevinisikan peluang dan ancaman external perusasaan atau organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, membuat sejumlah strategi alternatif, dan memilih strategi tertentu untuk digunakan. Isu-isu perumusan strategi mencakup keputusan mengenai bisnis baru yang aka dimasuki, bisnis yang akan ditinggalkan, pengalokasian sumberdaya, perluasan operasi atau diversifikasi, keputusan untuk memasuki pasar internasional, merger atau membentuk usaha patungan, dan cara untuk menghindari pengambilan oleh pesaing bisnis.

Pelaksanaan strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan sasaran tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya sehingga perumusan strategi dapat dilaksanakan. Pelaksanaan strategi mencakup pengembangan budaya yang mendukung strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif, pengarahan kembali usaha-usaha pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan dan pemenfaatan sistem informasi, serta menghubungkan kompensasi untuk karyawan dengan kinerja perusahaan atau organisasi.

Pelaksanaan strategi sering disebut tahap tindakan dalam manajemen strategi. Melaksanakan strategi berati mendorong atau memobilisasi para manajer dan karyawan untuk melaksanakan strategi-strategi yang dirumuskan. Pelaksanaan strategi yang sering dianggap sebagai tahap yang paling sulit dalam manajemen strategis menurt disiplin, komitmen, dan pengorbanan pribadi. Keberhasilan pelaksanaan strategi bergantung pada kemempuan manajer untuk memotivasi para karyawan.

Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategi. Para manajer harus benar-benar mengetahui alasan strategi-strategi tertentu tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam hal ini evaluasi strategi adalah cara pertama untuk memperoleh informasi. Semua strategi dapat di ubah sewaktu-waktu karena faktor-faktor ekternal dan internal selalu berubah.

Tiga kegiatan pokok dalam evaluasi strategi:

1. Mengkaji ulang faktor-faktor ekternal dan internal yang menjadi landasan perumusan strategi yang diterapkan sekarang ini

2. mengukur kinerja

3. melakukan tindakan-tindakan korektif

evakuasi strategi perlu dilakukan karena keberhasilan saat ini bukan merupakan jaminan untuk keberhasilan di hari ayng akan datang.

1.3 Memadukan intuisi dan analisis

Proses manajemen strategis dapat digambarkan sebagai pendekatan obyektif, logis dan sistematis untuk membuat keputusan-keputusan besar dalam sebuah organisasi. Proses manajemen strategis ini bertujuan mengolah informasi kualitatif dan kuantitatif dengan cara yang memungkinkan dibuatnya keputusan-keputusan yang efektif dalam kondisi yang tidak pasti. Namun manajemen strategi bukanlah ilmu murni yang memiliki pendekatan pasti.

Berdasarkan pengalaman, penilaian dan perasaan masa lalu, banyak orang menganggap bahwa intuisi sangat penting untuk membuat keputusan-keputusan strategis yang baik,. Intuisi dianggap sangat berguna ketika keputusan harus dibuat dalam situasi yang penuh ketidak pastian. Intuisi juga sangat berguna ketika ada variabel-variabel yang saling berhubungan atau ketika harus memilih diantara alternatif-alternatif yang masuk akal. Beberapa manajer dan pemilik bisnis mempunyai kemampuan ynag luar biasa dalam menggunakan intuisi untuk membut strategi-strategi yang sangat bagus. Misal: Will Durant, yang memimpin General Motor Corporation. Alfred Sloan Menggambarkan Will Durant sebagai “seseorang yang mengambil tindakan -sepanjang yang saya ketahui- hanya dengan kecerdasan intuisinya. Ia merasa tidak perlu mencari fakta. Namun kadang-kadang ia benar dalam penilaiannya. Albert Einstein mengakui pentingnya intuisi ketika ia berkata “saya percaya dengan intuisi dan inspirasi, kadang saya merasa yakin bahya saya benar walau tidak mengetahui alasannya. Imajenasi lebih penting dari pada pengetahuan, karena pengetahuan terbatas sedangkan imajenasi merangkul seluruh dunia”
Sejumlah organisasi saat ini dapat bertahan dan berkembang karena dipimpin oleh orang yang jenius yang intuitif. Namun banyak juga organisasi yang tidak sedemikian beruntung, memperoleh manfaat dari manajemen strategis yang didasarkan atas perpaduan intuisi dan analisis dalam membuat keputusan. Memilih pendekatan intuitif atau analitis dalam hal mengambila keputusan bukanlah memilih salah satu diantaranya. Para manajer disemua level menggunakan intuisi dan opini mereka dalam melakukan analisis manajemen strategi. Berfikir analitis dan berfikir intuitif saling melengkapi satu sama lain.

Manajemen berdasarkan intuisi bukan berarti “ saya telah membut keputusan dan tidak perlu repot-repot mencari fakta” . hal demikian merupakan manajemen berdasarkan kebodohan. Drucker berkata “Saya meyakini intuisi, selama anda melakukannya dengan tertib. Seseorang yang hanya mengandalkan “firasat” yang membuat diagnosa tetapi tidak mencocokkanya dengan fakta, adalah orang ynag dalam kedokteran bisa membunu pasiennya, dan dalam manajemen bisa membunu bisnis atau usaha.

Dengan kata lain, proses manajemen strategis adalah suatu usaha untuk menyalin hal-hal yang ada di benak seseorang yang cerdas dan intuisi mengenai bisnis kemudian menggabungkannya dengan analisis.

1.4 Beradaptasi terhadap perubahan

Proses manajemen strategi didasarkan pada keyakinan bahwa organisai/ perusahaan harus memantau kejadian-kejadian serta kecenderungan ekternal dan internal secara terus menerus, sehingga perubahan yang tepat dapat dilakuakn jika diperlukan. Proses manajemen strategis ditujukan untuk membuat organisasi dapat menyesuaikan diri secara efektif terhadap perubahan dalam jangka panjang.. sebagaimana diterangkan oleh Waterman:

Dilingkungan bisnis saat ini, dibandingkan dengan era sebelumnya, satu-satunya hal yang tetap adalah perubahan. Organisasi/perusahaan yang berhasil adalah yang secara efektif mengolah perubahan, dan selalu menyesuaikan borokrasi, strategi, sistem, produk, dan budaya mereka supaya dapat bertahan dan berkembang melalui guncangan dan kekuatan-kekuatan yang menghancurkan persaingan.

Globalisasi adalah perubahan ekternal yang mengubah bisnis dan masyarakat saat ini. Dalam peta politik garis perbatasan antar negara mungkin jelas, tetapi dalam peta kompetitif yang menunjukkan arus keungan dan kegitan industri yang sebenarnya, garis perbatasan tersebut sebagian besar telah hilang.

Arus informasiyang cepat telah menghapus garis perbatasan antar bangsa sehinggaorang-orang diseluruh dunia dapat dengan jelas melihat cara hidup bangsa lain.

Perlunya penyesuaian diri terhadap perubahan mengarahkan organisasi/perusahaan pada pertanyaan pokok pada manajemen strategi. Seperti, bisnia apa yang harus kita lakukan?, apakah kita di bidang yang tepat? Haruskah kita membentuk kembali bisnis kita? Pesaing baru apa yang memasuki industri kita sekarang ini?, strategi apakah yang harus kita terapkan?, bagaimana para pelanggan kita berubah?, apakah ada tehnologi baru yang sedang dikembangkan yang dapat menbuat kita gulung tikar?.

1.5 Pernyataan visi dan misi

Banyak perusahaan/ organisasi saat ini membuat penyataan visi menjawab pertanyaan “ingin menjadi apakah kita ini?” membuat pernyataan visi sering dianggap sebagai langkah pertama dalam perencanaan strategis. Pernyataan misi adalah peryataan tujuan jangka panjang yang membedakan suatu bisnis dari bisnis serupa lainnya. Pernyataan misi mengidentifikasikan lingkup operasi perusahaan dalam hal produk dan pasar. Pertanyaan misi menjawab pertanyaan dasar yang dihadapi oleh semua perencana strategi, yaitu “ apakah bisnis kita?” peryataan misi yang jelas mencerminkan nilai-nilai dan prioritas suatu perusahaan/ organisasi.

1.6 Pengertian strategi

Strategi adalah cara untuk mencapai suatu tujuan jangka panjang, strategi bisnis bisa perluasan geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, dal lain-lain.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Belum diketahuinya manajemen stragtegi PT. UNILEVER dalam mempertahankan produk yang diproduksinya.

1.3 TUJUAN

Diketahuinya strategi PT.UNILEVER dalam mempertahankan produk yang diproduksinay.

1.4 MANFAAT

Bermanfaat untuk memperluas wawasan dan mengetahui manajemen strategi PT.UNILEVER dalam mempertahankan produk yang diproduksinya.

1.5 RUANG LINGKUP

Mengingat keterbatasan yang ada pada penulis, sehingga tidak semua asfek dalam MANAJEMEN STRATEGI PT. UNULEVER DALAM MEMPERTAHANKAN PRODUK YANG DIPRODUKSINYA dapat disajikan satu persatu secara utuh satu dalam kesatuan yang sempurna, ruang lingkup yang diambil adalah strategi dalam menghadapi persaingan.

1.6 PERTANYAAN

1. Bagaimana strategi PT. UNILEVER menghadapi persaingan dalam mempertahankan produk yang di produksinya?

2. Apa yang menjadi visi dan misi PT.UNILEVER?

BAB II

PEMBAHASAN

2.3 Strategi PT. UNILEVER menghadapi persaingan dalam mempertahankan produk yang di produksinya

Strategi yang digunakan PT. UNILEVER dalam menghadapi persaingan adalah dengan melakukan berbagai macam inovasi pada produk yang diproduksinya. Seperti, Lifebouy

  • Bentuk batu bata merah keras klasik sabun Lifebuoy telah digantikan dengan bentuk Lifebuoy signature yang baru. Bentuk yang baru membuat sabun itu mudah digenggam dan digunakan.
  • Tim Lifebuoy telah mengembangkan suatu formula baru yang memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap kuman dan menimbulkan busa yang kaya pada kulit.
  • Aroma Lifebuoy yang khas seperti obat dan karbol telah digantikan dengan wewangian kesehatan yang lebih menyenangkan dan modern.
  • Lifebuoy telah menjadi lebih dari sekedar sabun batangan berwarna merah – saat ini merek ini memberikan solusi kebersihan dan kesehatan bagi keluarga, termasuk rangkaian sabun batangan, cairan pencuci tangan dan gel pencuci cair. Inovasi Lifebuoy yang paling baru diarahkan kepada keprihatinan utama pada kebersihan dan kesehatan kulit di kalangan remaja ABG dan para pemuda: kulit berminyak dan berjerawat. Lifebuoy Clear Skin adalah sabun batangan yang diformulasikan dengan menggunakan teknologi baru radikal yang sudah terbukti secara klinis mengurangi jerawat yang parah hingga 70% dalam waktu 6 minggu. Dengan pemakaian teratur, dua kali sehari terbukti dapat mencegah dan mengurangi timbulnya kembali jerawat.

Juga pengembangan produk, masih dalam contoh “lifebuoy” yang dahulu hanya sabun mandi batangan, namun kini sudah banyak pengembangan seperti, Shampo dengan berbagai segmennya, bodywash dan handwash.

Dengan strategi diatas membuktikan dapat meningkatkan pemasaran dan perluasan geografis. Berikut fakta untuk Lifebouy:

  • Saat ini Lifebuoy dijual di Asia dan sebagian wilayah Afrika. Lifebuoy merupakan pemimpin pasar di setiap pasar Asia yang menjual produk ini.
  • Pemeriksaan laboratorium membuktikan sabun Lifebuoy memberikan perlindungan 100% yang paling efektif terhadap kuman dibandingkan dengan sabun biasa.
  • Hingga saat ini, 70 juta orang di daerah pedalaman India sudah mengikuti program Pendidikan Kesehatan Lifebuoy – suatu program pendidikan kesehatan pribadi terbesar yang pernah ada di dunia.
  • Pada tahun 2005, Lifebuoy dianugerahi “Citizen Brand” Indonesia sebagai pengakuan atas upaya yang telah dilakukan dalam hal pendidikan pencucian tangan.
  • Hampir separuh pemakai produk Lifebuoy adalah di daerah pedalaman Asia, tempat sebagian besar penduduk tinggal dengan penghasilan kurang dari US$ 1 sehari.

Juga didukung dengan unsur strategi pemasaran sebagai berikut:

3 skala produk besar

4 Lini produk yang diperluas

5 kualitas produk yang tinggi

6 iklan yang gencar

6.1 Visi dan misi PT. UNILEVER.

Visi Unilever Indonesia adalah menjadi pilihan utama bagi konsumen, customer/pelanggan dan masyarakat

(Di akses pada tanggal 30 Oct 2008, Unilever Sumbangkan Sekitar 5000 Produknya Untuk Korban Gempa Bengkulu Dan Sumatera Barat,http://www.unilever.co.id/id/ourcompany/beritaandmedia/siaranpers/_2007/UnileverSumbangkanSekitar5000ProduknyaUntukKorbanGempaBengkuluDanSumateraBarat.asp)

Misi Unilever Indonesia

· Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi konsumen

· Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan komunitas.

· Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses.

· Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang tinggi.

· Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan dan memberikan imbalan di atas rata-rata karyawan dan pemegang saham.

· Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada masyarakat dan lingkungan hidup.

(Diakses pada tgl.30 oct 2008, Vitalitas unilever, http://www.unilever.co.id/id/ourcompany/sekitarunilever/vitalitasunilever.asp)

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Strategi yang di gunakan PT. UNILEVER dalam mempertahankan atau mengembangkan produk yang diproduksinya dengan cara inovasi dengan tujuan utama pencapaian visi dan misi yang telah ditetapakan.

DAFTAR PUSTAKA

Pearce . Robinson, 1997, Manajemen Strategik jilid 1, Binapura Aksara, Jakarta barat-Indonesia.

Fred R. David, 2004, Manajemen Startegik: konsep-konsep Edisi ke sembilan, PT. Indeks Kel. Gramedia- Jakarta.

(Di akses pada tanggal 30 Oct 2008, Unilever Sumbangkan Sekitar 5000 Produknya Untuk Korban Gempa Bengkulu Dan Sumatera Barat, http://www.unilever.co.id/id/ourcompany/beritaandmedia/siaranpers/_2007/UnileverSumbangkanSekitar5000ProduknyaUntukKorbanGempaBengkuluDanSumateraBarat.asp)

(Diakses pada tgl.30 oct 2008, Vitalitas unilever, http://www.unilever.co.id/id/ourcompany/sekitarunilever/vitalitasunilever.asp)






STIE DWISAKTI BATURAJA

ANALISIS KELAYAKAN BISNIS APOTIK SUMBER WARAS DITINJAU DARI KRITERIA INVESTASI

OLEH:

KELOMPOK III

1. LISA LISMANA (06.21.1049)

2. ERLIZONAH ( 06.21.1027)

3. RUSDALENA (06.21.1056)

4. EDI HERIANTO (06.21.1016)

5. JON KENEDI (05.21.2028)

6. MAHROMI (06.21. )

PROGRAM STRATA 1

PROGRAM STUDY MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DWISAKTI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Atas rahmat-Nya yang dicurakan kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ANALISIS KELAYAKAN BISNIS APOTIK SUMBER WARAS DITINJAU DARI KRITERIA INVESTASI”

Makalah ini juga terselesaikan atas kerja sama yang baik dalam kelompok kami, tidak luput dari kekurangan dan kekeliruan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan literatur yang sangat kurang yang ada pada kami sebagai penulis, kepada Dosen pembimbing kami mohon maaf.

Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari sempurna, segala sumbang saran, gagasan, pemikiran dan koreksi dari semua pihak yang dapat memperkaya, menambah kelengkapan tulisan ini sangat kami harapkan.

Akhirnya kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin Ya Robbal Alamin.

Baturaja, 17 November 2008

DTO

PENULIS

DAFTAR ISI

COVER................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR.......................................................................... 2

DAFTAR ISI........................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.................................................................................. 4

1.2 Rumusan masalah.............................................................................. 9

1.3 Tujuan............................................................................................ 10

1.4 Manfaat.......................................................................................... 10

1.5 Raung lingkup................................................................................. 10

BAB II PEMBAHASAN................................................................... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.1 Pandangan umum mengenai Study kelayakan Bisnis

Studi kelayakan sangat diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya terutama bagi para investor yang selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit, dan pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-undangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainya. Investor berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari investasi, bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat keamanan kredit yang diberikan dan kelancaran pengembaliannya, pemerintah lebih menitik-beratkan manfaat dari investasi tersebut secara makro baik bagi perekonomian, pemerataan kesempatan kerja, dll.

Mengingat bahwa kondisi yang akan datang dipenuhi dengan ketidakpastian, maka diperlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu karena didalam studi kelayakan terdapat berbagai aspek yang harus dikaji dan diteliti kelayakanya sehingga hasil daripada studi tersebut digunakan untuk memutuskan apakah sebaiknya proyek atau bisnis layak dikerjakan atau ditunda atau bahkan dibatalkan. Hal tersebut diatas adalah menunjukan bahwa dalam studi kelayakan akan melibatkan banyak tim dari berbagai ahli yang sesuai dengan bidang atau aspek masing-masing seperti ekonom, hukum, psikolog, akuntan, perekayasa teknologi dan lain sebagainya.

Dan studi kelayakan biasanya digolongkan menjadi dua bagian yang berdasarkan pada orientasi yang diharapkan oleh suatu perusahaan yaitu berdasarkan orientasi laba, yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan pada keuntungan yang secara ekonomis, dan orientasi tidak pada laba (social), yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan suatu proyek tersebut bisa dijalankan dan dilaksanakan tanpa memikirkan nilai atau keuntungan ekonomis.

Jadi pengertian studi kelayakan peroyek atau bisnis adalah penelitihan yang menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek manajemen dan keuangannya, dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan ditadak dijalankan.


1.2 Aspek dalam Study Kelayakan Bisnis

Aspek yang terdapat pada studi kelayakan proyek atau bisnis yang terdiri dari berbagai aspek yang sudah disebutkan di atas antara lain :


1. Aspek hukum

Berkaitan dengan keberadaan secara legal dimana proyek akan dibangun yang meliputi ketentuan hukum yang berlaku termasuk :

a. Perijinan :

i) Izin lokasi :

• sertifikat (akte tanah),

• bukti pembayaran PBB yang terakhir,

• rekomendasi dari RT / RW / Kecamatan

ii) Izin usaha :

• Akte pendirian perusahaan dari notaris setempat PT/CV atau berbentuk badan hukum lainnya.

• NPWP (nomor pokok wajib pajak)

• Surat tanda daftar perusahaan

• Surat izin tempat usaha dari pemda setempat

• Surat tanda rekanan dari pemda setempat

• SIUP setempat

• Surat tanda terbit yang dikeluarkan oleh Kanwil Departemen Penerangan


2. Aspek sosial ekonomi dan budaya

Berkaitan dengan dampak yang diberikan kepada masyarakat karena adanya suatu proyek tersebut :

a. Dari sisi budaya

Mengkaji tentang dampak keberadaan peroyek terhadap kehidupan masyarakat setempat, kebiasaan adat setempat.

b. Dari sudut ekonomi

Apakah proyek dapat merubah atau justru mengurangi income per capita panduduk setempat. Seperti seberapa besar tingkat pendapatan per kapita penduduk, pendapatan nasional atau upah rata-rata tenaga kerja setempat atau UMR, dll.

c. Dan dari segi sosial

Apakah dengan keberadaan proyek wilayah menjadi semakin ramai, lalulintas semakin lancar, adanya jalur komunikasi, penerangan listrik dan lainnya, pendidikan masyarakat setempat.

Untuk mendapatkan itu semua dengan cara wawancara, kuesioner, dokumen, dll. Untuk melihat apakah suatu proyek layak atau tidak dilakukan dengan membandingkan keinginan investor atau pihak yang terkait dengan sumber data yang terkumpul.
3. Aspek pasar dan pemasaran

Berkaitan dengan adanya peluang pasar untuk suatu produk yang akan di tawarkan oleh suatu proyek tersebut :

• Potensi pasar

• Jumlah konsumen potensial, konsumen yang mempunyai keinginan atau hasrat untuk membeli.

Tentang perkembangan/pertumbuhan penduduk :

• Daya beli, kemampuan konsumen dalam rangka membeli barang mencakup tentang perilaku, kebiasaan, preferensi konsumen, kecenderungan permintaan masa lalu, dll.

• Pemasaran, menyangkut tentang starategi yang digunakan untuk meraih sebagian pasar potensial atau pelung pasar atau seberapa besar pengaruh strategi tersebut dalam meraih besarnya market share.
4. Aspek teknis dan teknologi

Berkaitan dengan pemilihan lokasi peroyek, jenis mesin, atau peralatan lainnya yang sesuai dengan kapasitas produksi, lay out, dan pemilihan teknologi yang sesuai.
5. Aspek manajemen

Berkaitan dengan manajemen pembangunan proyek dan operasionalnya.
6. Aspek keuangan

Berkaitan dengan sumber dana yang akan diperoleh dan proyeksi pengembaliannya dengan tingkat biaya modal dan sumber dana yang bersangkutan

1.3 Kriteria Investasi

Untuk mendapatkan gambaran-gambaran yang rasional dari sesuatu proyek untuk diputuskan dapat atau tidaknya dibiayai dalam program, telah dikembangkan berbagai macam indeks. Indeks-indeks tersebut disebut Kriteria Investasi.

Jenis kriteria investasi tersebut adalah :

1. Net Present Value (NPV)

2. Internal Rate of Return (IRR)

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

4. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

5. Profitability Ratio (PR = PV’/K)

1.2 RUMUSAN MASALAH

Belum diketahuinya kelayakan dari usaha yang di jalankan pada apotik Sumber Waras Baturaja.

1.3 TUJUAN

Diketahuinya layak atau tidak layak nya suatu usaha untuk dijalankan atau tidak.

1.4 MANFAAT

Bagi pusat yang di teliti dapat mengambil strategi apa yang akan dilakukan unuk kedepannya nanti berdasarkan hasil penelitian. Bagi kami selaku mahasiswa dapat mebgembangkan ilmu yang telah diperoleh dan sebagai pandangan jika ingin merintis suatu usaha/bisnis.

1.5 RUANG LINGKUP

Mengingat keterbatasan yang ada pada penulis, sehingga tidak semua asfek dapat disajikan satu persatu secara utuh satu dalam kesatuan yang sempurna, ruang lingkup yang diambil adalah meneliti kelayakan bisnis dengan metode kriteria investasi saja.

BAB II

PEMBAHASAN

Apotik Sumber Waras merupakan perusahaan perseorangan, modal berasal dari 100% dari modal sendiri dan gedung milik sendiri. Perubahan status dari Toko Obat menjadi Apotik pada tahun 2000, dalam perubahan ini membutuhkan dana investasi sebesar Rp 48.000.000,- yang telah dialokasikan pada tahun sebelumnya ( tahun persiapan), pada tahun pertama kegiatan langsung mulai berjalan. Jumlah biaya oprasi dan pemeliharaan berdasarkan rekapitulasi dari berbagai biaya yang ada dalam manajemen apotik (sifat rahasia) dari tahun ke tahun adalah:

Tahun pertama Rp 25.000.000,-

Tahun ke dua Rp 30.000.000,-

Tahun ke tiga Rp 30.000.000,-

Tahun ke empat Rp 30.000.000,-

Tahun ke lima Rp 25.000.000,-

Tahun ke enam Rp 25.000.000,-

Tahun ke tujuh Rp 20.000.000,-

Tahun ke delapan Rp 25.000.000,-

Dengan benefit:

Tahun pertama Rp 30.000.000,-

Tahun ke dua Rp 36.000.000,-

Tahun ke tiga Rp 42.000.000,-

Tahun ke empat Rp 50.000.000,-

Tahun ke lima Rp 52.000.000,-

Tahun ke enam Rp 50.000.000,-

Tahun ke tujuh Rp 48.000.000,-

Tahun ke delapan Rp 45.000.000,-

Dengan tingkat discoun factor sebesar 15%.

Tabel 1

Perhitungan Net Present Value

Apotik Sumber Waras (Rp 000)

Thn

Investasi

Cost

Benefit

TB

NB

DF 15 %

PV

0

48.000

48.000

-48.000

1,000

-48.000

1

25.000

30.000

25.000

5.000

0,869

4.345

2

30.000

36.000

30.000

6.000

0,756

4.536

3

30.000

42.000

30.000

12.000

0,657

7.884

4

30.000

50.000

30.000

20.000

0,571

11.420

5

25.000

52.000

25.000

27.000

0,497

13.419

6

25.000

50.000

25.000

25.000

0,432

10.800

7

20.000

48.000

20.000

28.000

0,375

10.500

8

25.000

45.000

25.000

20.000

0,326

6.520

NPV

21.424

Tabel 2

Perhitungan

Internal Rate of Return (IRR) (Rp 000)

Thn

NB

DF 15%

PV

DF 25%

PV

0

-48.000

1,000

-48.000

1,000

-48.000

1

5.000

0,869

4.345

0,800

4.000

2

6.000

0,756

4.536

0,640

3.840

3

12.000

0,657

7.884

0,512

6.144

4

20.000

0,571

11.420

0,409

8.180

5

27.000

0,497

13.419

0,327

8.829

6

25.000

0,432

10.800

0,262

6.550

7

28.000

0,375

10.500

0,209

5.852

8

20.000

0,326

6.520

0,167

3.340

-1.265

IRR = i + NPV 1 (i2-i1)

NPV 1 + (NPV 2)

= 15% + 21.424 (25%-15%)

21.424 + 1.265

= 0,2444 / 24,44%

Net B/C = 69.424

48.000

=1,4463

Tabel 3

Perhitungan Gross B/C dan PR (Rp 000)

Thn

Investasi

Cost

Benefit

DF 15%

B

C

TC

0

48.000

1,000

48.000

1

25.000

30.000

0,869

26.070

21.725

21.725

2

30.000

36.000

0,756

27.216

22.680

22.680

3

30.000

42.000

0,657

27.594

19.710

19.710

4

30.000

50.000

0,571

28.550

17.130

17.130

5

25.000

52.000

0,497

25.844

12.425

12.425

6

25.000

50.000

0,432

21.600

10.800

10.800

7

20.000

48.000

0,375

18.000

7.500

7.500

8

25.000

45.000

0,326

14.670

8.150

8.150

189.554

120.120

168.120

Gross B/C = 189.554

168.120

= 1,1274

PR = 189.554 - 120.120

48.000

= 1,4465

BAB III
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada BAB II, denan hasil NPV 21.424,

IRR 0,2444 / 24,44%, Net B/C 1,4463, Gross B/C 1,1274, dan PR 1,4465. maka usaha layak dijalankan karena NPV bernilai Positif dan IRR>SOCC.

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim . yacob, 1998, Study Kelayakan Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta-Indonesia.





STIE DWISAKTI BATURAJA

PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

OLEH:

KELOMPOK II

1. LISA LISMANA (06.21.1049)

2. ERLIZONAH ( 06.21.1027)

3. ERMA SURYANI (06.21.1004)

4. RUSDALENA (06.21.1056)

4. ROSNANI (07.21.1029.P)

PROGRAM STRATA 1

PROGRAM STUDY MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DWISAKTI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Atas rahmat-Nya yang dicurakan kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA ”

Makalah ini juga terselesaikan atas kerja sama yang baik dalam kelompok kami, tidak luput dari kekurangan dan kekeliruan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan literatur yang sangat kurang yang ada pada kami sebagai penulis, kepada Dosen pembimbing kami mohon maaf.

Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari sempurna, segala sumbang saran, gagasan, pemikiran dan koreksi dari semua pihak yang dapat memperkaya, menambah kelengkapan tulisan ini sangat kami harapkan.

Akhirnya kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin Ya Robbal Alamin.

Baturaja, 15 Oktober 2008

DTO

PENULIS

DAFTAR ISI

COVER................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR.......................................................................... 2

DAFTAR ISI........................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.................................................................................. 5

1.2 Rumusan masalah............................................................................ 13

1.3 Tujuan............................................................................................ 13

1.4 Manfaat.......................................................................................... 14

1.5 Raung lingkup................................................................................. 14

1.6 Pertanyaan...................................................................................... 14

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Faktor yang mendorong terjadinya perdagangan internasional .......... 15

2.2 Perdagangan internasional Indonesia dalam contoh dan

permasalahan nya............................................................................ 16

2.3 Hambatan yang menyebabkan produk Indonesia kala bersaing di

kanca internasioanl......................................................................... 17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.1 Teori perdagangan internasional

Ada beberapa teori yang menerangka tentang timbulnya perdagangan internasional pada dasarnya adalah sebagai berikut:

1. Teori Klasik

1.1 Kemanfaatan absolut (absolute Advantage: Adam Smith)

Teori ini lebih mendasarkan pada besaran (variabel) riil bukan moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni perdagangan internasional. murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil, misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. makin banyak tenaga kerja yang digunakan makin tinggi nilai barang tersebut. Contoh, untuk menangkap seekor harimau diperlukan tenaga kerja empat kali liapat dibandingkan untuk menangkap seekor kucing.

Teori nilai tenaga kerja ini sifatnya sangat sederhana sebab menggunakan anggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogen serta merupakan satu-satunya faktor produksi. dalam kenyataannya bahwa tenaga kerja itu tidak homogen, faktor produksi itu tidak hanya satu serta mobilitas tenaga kerja tidak bebas. namun teori itu mempunyai dua manfaat:

1. Memungkinkan kita dengan secara sederhana menjelaskan tentang spesialisasi dan keuntungan dari pertukaran

2. Meskipun pada teori-teori berikutnya kita tidak menggunakan teori nilai tenaga kerja namun prinsip teori ini tetap tidak bisa ditinggalkan (tetap berlaku)

Teori absolute advantage Adam Smith yang secara sederhana menggunakan teori nilai tenaga kerja dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut:

Dimisalkan hanya ada dua negara, Amerika dan Inggris memiliki faktor produksi tenaga kerja yang homogen, menghasilkan dua barang yakni gandum dan pakaian, untuk menghasilakan 1 unit gandum dan pakaian Amerika masing-masing membutuhkan 8 unit tenaga kerja, dan 4 unit tenaga kerja. di Inggris setiap unut gandum dan pakaian, masing-masing membutuhkan tenaga sebanyak 10 unit dan 2 unit.

Banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk

menghasilkan per unit

Amerika

Inggris

Gandum

8

10

Pakaian

4

2

Dari tabel diatas nampak bahwa Amerika lebih efisien dalam memproduksi gandum sedangkan Inggis dalam memproduksi pakaian. keadaan demikian ini dapat dikatakan bahwa Amerika memiliki Absolute advantage pada produksi gandum dan Inggris memiliki absolute aventage pada memproduksi pakaian. dilatakan absolute advantage karena masing-masing negara dapat menghasilkan satu macam barang dengan biaya yang secara absolute lebih rendah dari negara lain.

1.2 Kemanfaatan Relatif (Comparative advantage: J.S Mill)

Teori ini menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan

dan kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki Comparative advantage terbesar dan mengimpor barang barang yang memiliki comparative advantage, yaitu suatu barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang besar.

Teori ini pad adasarnya menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang dicurakan untuk memproduksi barang tersebut. makin banyak tenaga kerja yang dicurakan untuk memproduksi suatu barang makin mahal barang tersebut. contoh:

Produksi 10 orang dalam 1 minggu

Amerika

Inggis

Gandum

6 bakul

2 bakul

Pakian

10 yards

6 yards

Menurut teori absolute advantage maka tidak akan timbul perdagangan antara Amerika dan Inggris karena absolute advantage untuk produksi gandum dan pakaian ada pada Amerika semua.

tetapi bagi J.S Mill yang penting bukan absolute advantage tetapi comparative advantage. besarnya comparative advantage untuk:

Amerika : Dalam produksi gandum 6 bakul dibanding 2 bakul dari inggris

Dalam produksi pakaian 10 yards dibandin 6 yards dari inggris

Disini amerika memiliki comparati advantage pada produksi gandum yang lebih besar.

Inggris : Dalam produksi gandum dua bakul dibanding 6 bakul dari amerika.

Dalam produksi pakaian 6 yards dibanding 10 yards dari Amerika

Disini inggris memiliki comparative advantage pada produksi pakaian yang lebih besar

1.3 Biaya relatif (comparative cost: David Ricardo)

Titik pangkal teori Ricardo tentang perdagangan internasional adalah teorinya tentang nilai/ value. Menurut ricardo nilai/ value suatu barang tergantung dari banyaknya tenaga kerjayang dicurakan untuk memproduksi barang tersebut. perdagangan antar negara akan timbul apabila masing-masimg negara memiliki comparative cost

1.4 Kelemahan teori klasik

Teori klasik menjelaskan bahwa keuntungan dari perdagangan internasional itu timbul karena adanya comparative advantage yang berbeda antara dua negara. Teori nilai tenaga kerja menjelaskan mengapa terdapat perbedaan dalam comparative advantage itu karena adanya perbedaan didalam fungsi produksi antara dua negara atau lebih. jika fungsi produksinya sama, maka kebutuhan tenaga kerja juga akan sama nilai produksiya sama sehingga tidak akan terjadi perdagangan internasional. oleh karena itu syarat timbulnya perdadangan antar negara adalah perbedaan fungsi produksi diantara dua negara tersebut. Namun teori klasik tidak dapat menjelaskan mengapa terdapat perbedaan fungsi produksi antara dua negara. teori modern mulai dengan anggapan bahwa fungsi produksi itu sama dan menjelaskan faktor penyebab terjadinya perbedaan dalam comparative advantage adalah proporsi pemilikan faktor produksi.

2. Teori Modern

2.1 Faktor Produksi ( Hecksher & Ohlin)

Menurut teori Hecksher-Ohlin atau teori H-O, perbedaan oppoptunity cost suatu produk antara satu negara dengan negara lain dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara. Perbedaan opportunity cost tersebut dapat menimbulkan terjadinya perdagangan internasional. Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak/ murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi prodk dan mengekspor barangnya. sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langkah atau mahaldalam memproduksinya.

Kelemahan teori H-O

1. Menurut teori H-O, perbedaan harga barang sejenis dapat terjadi karena adanya perbedaan proporsi/ jumlah faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara dalam memproduksi barang tersebut.

2. Dengan demikian, jika jumlah/ proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara relatif sama, maka barang yang sejenis akan samapula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi.

3. Pada kenyataannya, walaupun jumlah/ proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara relatif sama sehingga harga barang yang sejenispun sama, ternyata perdagangan internasional tetap dapat terjadi.

2.2 Kesamaan harga faktor produksi ( facotr price equalization)

Inti dari teori ini adalah perdagangan bebas cenderung mengakibatkan harga faktor-faktor produksi sama dibeberapa negara.

2.3 Teori permintaan dan penawaran

pada prinsipnya perdagangan antara 2 negara itu timbul karena adanya perbedaan didalam permintaan maupun penawaran. perbedaan ini berbeda karena adanya perbedaan pendapatan dan selara, sedangkan perbedaan penawaran misalnya dikarenakan perbedaan didalam jumlah dan kualitas faktor-faktor produksi dan tingkat tehnolagi.

2.4 Teori kurva kemungkinan produksi dan indifference

Production possibilities curve (PPC) adalah kurva yang menunjukan berbagai kombinasi daripada output yang dapat dihasilkan dengan sejumlah tertentu faktor produksi yang dikerjakan dengan sepenuhnya (full employment).

1.2 Manfaat perdagangan internasional

1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.

2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu
negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.

3. Memperluas pasar dan menambah keuntungan
Terkadang, para
pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.

4. Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.

(Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Diakses pada tgl 13 oct 2008, Perdagangan Internasional, http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional )

1.2 RUMUSAN MASALAH

Menggali lebih dalam tentang perdagangan internasional indonesia.

1.3 TUJUAN

Diketahuinya pengetahuan tentang perdagangan internasional Indonesia.

1.4 MANFAAT

Bermanfaat untuk memperluas wawasan dan mengetahui perdagangan internasional Indonesia.

1.5 RUANG LINGKUP

Mengingat keterbatasan yang ada pada penulis, sehingga tidak semua asfek dalam PERDAGNAGAN INTERNASIONAL INDONESIA dapat disajikan satu persatu secara utuh satu dalam kesatuan yang sempurna, ruang lingkup yang diambil adalah perdaganganinternasional secara umum dengan mengambil contoh produk yang diperdagngkan negara.

1.6 PERTANYAAN

1. Apa saja faktor yang mendorong terjadinya perdagangan internasional?

2. Berikan contoh produk yang diperdagangkan secara internasional di Indonesia dan permasalahan nya?

3. Hambatan apakah yang menyebabkan produk Indonesia kalah bersaing di pasar internasional.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Faktor yang mendorong terjadinya perdagangan internasional

1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri

2. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara

Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi selama satu tahun.

3. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi

4. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut.

5. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.

6. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.

7. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.

8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.

Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias.

Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.

2.2 Perdagangan internasional Indonesia dalam contoh dan permasalahan nya

* Indonesia adalah pengimpor produk Holtikultura

Berdasarkan data perdagangan internasional produk hortikultura Indonesia tahun 2002, 2003 terlihat jelas bahwa Indonesia cenderung sebagai pengimpor produk-produk hortikultura. Sebagai contoh pada tahun 2003 Indonesia mengekspor produk sayuran sebesar 125 ribu ton dan mengimpor sebesar 362 ribu ton sayuran segar dan olahan. Pada produk buah-buahan, Indonesia mengekspor sebesar 209 ribu ton dan mengimpor sebesar 215 ribu ton buah-buahan segar dan olahan.

Dari data perdagangan internasional tersebut, nilai defisit perdagangan Indonesia mencapai 122,6 juta US dolar. Masing-masing berasal dari defisit perdagangan produk sayuran yang mencapai 54,8 juta US dolar dan buah-buahan mencapai 67,8 juta US dolar.

(inovasi online, Indonesia adalah pengimpor produk Holtikultura, http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=94 )

2.3 Hambatan yang menyebabkan produk Indonesia kala bersaing di kanca internasioanl.

Daya saing adalah salah satu kelemahan utama produk Indonesia. “Padahal daya saing adalah kerangka dari industri,”Hal inilah yang membuat produk Indonesia kalah dengan produk luar negeri (Tempo Interaktif, Rabu, 29 Maret 2006).

Rendahnya daya saing Indonesia disebabkan iklim usaha yang kurang kondusif, biaya ekonomi tinggi seperti banyaknya pungutan atau retribusi yang membebani industri,” Rendahnya daya saing, juga disebabkan oleh ketergantungan terhadap produk impor yang semakin tinggi dan masih besarnya tingkat penyelundupan. daya saing tersebut bisa ditingkatkan dengan membangun industri berbasis kompetensi, peningkatan daya saing juga membutuhkan perencanaan yang terintegrasi untuk membangun kompetensi industri. industri di Indonesia harus meningkatkan efisiensi dan kesesuain produk agar daya saing menguat. Fokus peningkatan daya saing, kata dia, ada di penciptaan sistem yang dapat meningkatkan kekuatan harga, kualitas produk, dan distribusi. (Tempo Interaktif, Kamis, 04 Mei 2006).

(Yohan Naftaly, diakses pada tanggal 13 Oct 2008, Peningkatan daya saing Indonesia di dalam perdagangan internasional, http://yohanli.wordpress.com/2008/07/30/peningkatan-daya-saing-indonesia-di-dalam-perdagangan-internasional/ )

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam perdagangan internasional banyak factor yang mendorong untuk terjadinya perdagangan tersebut,seperti yang ada dalam pembahasan kelompok kami yang salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri, yang kita ketahui bahwa masih banyaknya kekurangan atau keterbatasan yang ada di dalam negeri.

Salah satu contoh produk yang perdagangkan secara internasional di indonesi adlah produk Holtikultura, yang telah di ekspor dan di impor kembali.

Dalam hal ini perdagangan internasioanl ini juga tidaklah semulus yang kita bayangkan, adanya hambatan dalam berinteraksi dengan negara lian yaitu dalam hal DAYA SAING. terlihat jelas Indonesia mengekspor bahan mentah seperti HOLIKULTURA dan mengimpornya kembali dalam bentuk yang sudah diolah.

DAFTAR PUSTAKA

Nopirin, Ph,D., Edisi ke-3, Ekonomi Internasional, Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.

Dr. Hamdy Hady, 2001, Ekonomi Internasional, Jakarta: GHALIA INDONESIA

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Diakses pada tgl 13 oct 2008, Perdagangan Internasional, http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional

Inovasi online, Indonesia adalah pengimpor produk Holtikultura, http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=94

Yohan Naftaly, diakses pada tanggal 13 Oct 2008, Peningkatan daya saing Indonesia di dalam perdagangan internasional, http://yohanli.wordpress.com/2008/07/30/peningkatan-daya-saing-indonesia-di-dalam-perdagangan-internasional/






STIE DWISAKTI BATURAJA

SEGMENTASI PASAR PRODUK UNILEVER

OLEH:

KELOMPOK II

1. FERLI (06.21.1004)

2. GAIRAHONI ( 06.21.1029)

3. LISA LISMANA (06.21.1049)

4. ERMA SURYANI (06.21.1004)

5. KOMARIA (06.21.1006)

PROGRAM STRATA 1

PROGRAM STUDY MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DWISAKTI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Atas rahmat-Nya yang dicurakan kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “SEGMENTASI PASAR PRODUK UNILEVER ”

Makalah ini juga terselesaikan atas kerja sama yang baik dalam kelompok II, tidak luput dari kekurangan dan kekeliruan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan literatur yang sangat kurang yang ada pada kami sebagai penulis, kepada Dosen pembimbing kami mohon maaf.

Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari sempurna, segala sumbang saran, gagasan, pemikiran dan koreksi dari semua pihak yang dapat memperkaya, menambah kelengkapan tulisan ini sangat kami harapkan.

Akhirnya kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin Ya Robbal Alamin.

Baturaja, 17 April 2008

DTO. Kel.II

PENULIS

DAFTAR ISI

COVER................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR.......................................................................... 2

DAFTAR ISI........................................................................................ 3

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

1.1 Pegertian segmentasi pasar....................................................... 5

1.2 Pendekatan umum untuk memisahkan pasar.............................. 5

1.3 Pola-pola segmentasi pasar...................................................... 6

1.4 Prosedur segmentasi pasar....................................................... 7

1.5 Dasar-dasar segmentasi pasar.................................................. 7

1.6 Persyratan segmentasi yang efektif.......................................... 12

1.2 Rumusan masalah............................................................................ 13

1.3 Tujuan............................................................................................ 14

1.4 Manfaat.......................................................................................... 14

1.5 Ruang lingkup................................................................................. 14

PEMBAHASAN

Segmentasi pasar produk unilever dalam contoh produk......................... 15

PENUTUP

Kesimpulan........................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 23

PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG

Pengertian segmentasi pasar

Segmentasi pasar adalah usaha pemisahan pasar pada kelompok-kelompok pembeli menurut jenis-jenis produksi tertentu dan yang memerlukan bauran pemasaran tersendiri.

Pendekatan umum untuk memisahkan pasar




Tingkat akhir segmantasi pasar yang digambarkan dalam gambar diatas (b), di dalam pasar tersebut terdapat enam pembeli yang masing-masing dapat merupakan pasar potensial, karena masing-masing memiliki keinginan sendiri dank has. Idealnya penjual atau pemasar merancang satu program pemasaran bagi masing-masing pembeli.

pada gambar (c) nomor 1,2 dan 3 digunakan untuk menunjukkan golongan pendapatan dari masing-masing pembeli. Kemudian garis ditarik untuk membatasi tiga golongan. Segmentasi tingkat pendapatan ini menghasilkan tiga segmen dengan jumlah pembeli terbanyak pada golongan pendapatan 1,

sementara itu mungkin terdapat perbedaan umur yang menonjol, sehingga pasar dipisahkan kedalam segmen golongan umumr A dan B pada gambar (d).

apabial factor pendapatan dan umur memegang peran penting pada perilaku pembeli terhadap produk tertentu, maka pasar akan dibagi menjadi lima segmen yaitu 1A, 1B, 2B, 3A, dan 3B.

1.3. Pola-pola segmentasi pasar

Pola ini dimisalkan kepada pembeli diajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai keinginan mereka atas dua cirri produk (misalnya rasa manis dan kehaliusan es krim) sehingga muncul tiga pola seperti gambar diatas.

1.4 Prosedur segmentasi pasar

Segmen pasar dapat diidentivikasikan dengan membagi-bagi pasar menurut variable yang banyak jenisnya. Salah satu yang dihadapi perusahaan ialah variable mana yang sebaiknya digunakan untuk segmentasi. Salah satu pendekatan ialah dengan mewawancarai satu sample konsumen untuk memperoleh urutan variable yang digunakan oleh konsumen dalam memutuskan suatu pembelian.

1.5 Dasar-dasar segmentasi pasar

Berikut variable-variabel utama yang menyangkut geografi, demografi, psychografi dan perilaku yang digunakan dalam melakukan segmentasi pasar barang konsumsi.

1. Segmentasi geografis

Segmentasi geografis dilakukan dengan cara membagi pasar kedalam unit-unit geografis seperti, Negara, propinsi, kabupaten, kota dan sebagainya. Perusahaan dapat beroprasi disemua segmen tetapi memperhatikan perbedaan kebutuhan dan selera yang ada dimasing-masing wilayah. Banyak perusahaan bahkan membagi lagi beberapa kota besar menjadi beberapa bagian. R.J Reynolds Company, misalnya, telah membagi kota Chicago menjadi tiga sub pasar yang jelas. Di daerah sebelah utara, Reynolds memasarkan rokok bergetah rendah karena di daerah tersebut kebanyakan penduduknya berpendidikan lebih baik dan lebih memperhatikan kesehata. Di bagian tenggara, Reynolds memasarkan Winston karena penduduk daerah ini berpandangan konservatif, sedangkan bagian selatan yang mayoritasnya orang hitam, Reynolds menjual merk salem ber-mentol dengan iklan yang gencar pada media kelompok hitam dan papan iklan.

2. Segmentasi demografis

Segmentasi jenis ini memisahkan pasar kedalam kelompok-kelompok yang didasarkan pada variable demografis seperti umur, jenis kelamin, besarnya keluarga, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, pedidikan, agama, ras dan kebangsaan. Variable demografis ini merupakan dasar-dasar yang paling sering digunakan pada waktu mengelompokkan konsumen. Salah satu alasanya adalah bahwa keinginan dan tingkat penggunaan konsumen sering sangat berkaitan dengan variable-variabel demografis. Bahwa variable demografis lebih mudah diukur dari pada kebanyaakan variabel jenis lain. Bahkan bila target pasar dinyatakan dalam istilah bukan demografispun (missalnya, jenis kepribadian), karaktristik demografis tetap dirasa perlu untuk digunakan agar bisa diketahui besarnya target pasar dan bagaimana cara mencapainya dengan efisien.

Gambaran penerapan variable demografi tertentu pada segmentasi pasar.

Ø Umur dan tahap siklus hidup

Akhir-akhir ini perusahaan General foods telah menerapkan segmentasi pasar berdasarkan umur pada makanan anjing. Kebanyakan pemilik anjing mengetahui dengan tepat bahwa makanan anjing mereka berubah sesuai dengan bertambahnya umur anjing. Maka General foods merumuskan empat jenis makanan anjing dalam kaleng. Yaitu siklus 1 untuk makanan anak anjing,siklus 2 untuk anjing dewasa, siklus 3 untuk anjing yang kegemukan dan siklus 4 untuk anjing tua. Dengan strategi segmentasi yang kreatif ini, General foods berhasil menjangkau bagian pasar yang luas.

Meskipun demikian, umur dan siklus hidup dapat saja merupakan variable yang menyesatkan. Misalnya, Ford Motor Company menggunakan umur pembeli dalam mengembangkan target mobil mustang nya yang ditujukan kepada kaum muda usia yang menginginkan mobil sport yang tidak terlalu mahal. Namun kenyataan nya, mobil tersebut di beli oleh semua kelompok umur. Berikutnya disadari bahwa pasarnya bukanlah golongan muda umur, tapi muda secara psikologis.

Ø Jenis kelamin

Segmentasi berdasarkan jenis kelamin biasa di gunakan pada produk pakaian, kosmetik, rambut dan majalah. Tapi tidak tertutup kemungkinan untuk produk lain yang menggunakan segmentasi ini, misalnya, kebanyakan merek rokok berfilter dihisap baik oleh pria dan wanita. Industri lainyang mulai menyadari perlunya segmentasi menurut jenis kelamin adalah industri mobil. Di masa lalu mobil didisain untuk menarik pria terutama. Namun dengan makin bertambahnya pemilik mobil wanita, beberapa perusahaan pembuat mobil sedang mempelajari kemungkinan mendisain mobil dengan daya tarik wanita.

Ø Pendapatan

Segmentasi ini digunakan pada produk seperti mobil, kapal motor, pakaian, kosmetika dan jasa perjalanan.

Ø Segmentasi demografis multivariable

Dalam kenyataan bisnis, kebanyakan perusahaan mengsegmentasikan pasar dengan menggabungkan dua atau lebih variable demografis. Contoh, perusahaan perabotan akan membagi pasarnya menurut tiga variable demografis, yaitu umur kepala keluarga, besarnya keluarga dan tingkat pendapatan.




(Gambar segmentasi pasar perabotan menurut tiga variable demografi)

Tampak diatas gambar segmentasi gabungan dari tiga variable, yang setiap variablenya dibagi lagi menjadi beberapa bagian. Sesudah pasar disegmentasikan kemudian perusahaan mulai menghitung berapa kira-kira jumlah keluarga, tingkat pembelian rata-rata dan berapa besar intensitas persaingan pada masing-masing segmen. Semua informasi ini dapat kemudian di gabungkan untuk memperkirakan potensi keuntungan dari masing-masing segmen.

3. Segmentasi psychografis

Segmentasi ini para konsumen dibagi-bagi ke dalam kelompok yang berlainan menurut kelas social, gaya hidup dan berbagai ciri kepribadian.

4. Segmentasi prilaku

Bila perilaku di gunakan sebagai variable utama dalam segmentasi pasar, maka konsumen dibagi menjadi kelompok menurut tingkat pengetahuan, sikap, penggunaan atau tanggapan nya terhadap suatu produk tertentu. Ada juga kesempatan penggunaan, manfaat yang dicari (kualitas, pelayanan dan ekonomi), Status pemakai (bukan pemakai, bekas pemakai, pemakai potensial, pemakai pertama kali, dan pemakai tetap), tingkat pemakaian (pemakai sedikit, pemakai sedang dan pemakai banyak), Status kesetiaan (tidak ada, sedang, kuat dan mutlak), Tahap kesiapan (tidak sadar, sadar, tertarik, berminat, mau membeli) dan Sikap pada produk (bersemangat, positif, tidak peduli, negative dan bermusuhan)

1.6 Persyaratan segmentasi yang efektif

Bila diinginkan manfaat yang maksimal, maka segmen pasar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Dapat diukur

Besar dan daya beli setiap segmen harus dapat diukur dengan tingkat tertentu. Berapa variable segmentasi tertentu dalam kenyataannya tidak mudah diukur, missal, besarnya segmen perokok remaja yang menghisap rokok terutama dengan motivasi menentang orang tua.

2. Dapat dicapai

Seberapa jauh segmen dapat dijangkau dan dilayani dengan epektif. Misalnya, sebuah perusahaan perum telah menyimpulkan bahwa pemakai banyak dari mereknya adalah wanita bujangan yang sering keluar sampai larut malam ke kelap-kelap malam dan bar. Kecuali bila kelompok konsumen ini berdiam atau berbelanja pada tempat-tempat tertentu dan terbuka pada media tertentu, maka akan sukar sekali mereka dijangkau oleh perusahaan

3. Besarnya

Suatu kelompok akan pantas disebut segmen apabila cukup besar dan cukup menguntungkan. Jadi suatu segmen haruslah merupakan kelompok homogen yang sebesar mungkin sehingga satu program pemasaran khusus bisa memadai untuk disusun.

4. Dapat dilaksanakan

Seberapa jauh program-program efektif dapat disusun untuk menarik minat segmen. Dengan demikian, suatu perusahaan penerbangan kecil yang telah membagi pasarnya kedalam tujuh segmen, dan hanya memiliki jumlah staf yang sedikit akan sangat sulit mengembangkan program pemasaran yang berbeda-beda bagi setiap segmen.

  1. RUMUSAN MASALAH

Belim diketahuinya segmentasi pasar produk Unilever.

  1. TUJUAN

Diketahuinya segmentasi pasar produk unilever

  1. MANFAAT

Bermanfaat untuk memperluas wawasan dan mengetahui segmentasi perusahaan Unilever yang ada di Indonesia.

  1. RUANG LINGKUP

Mengingat keterbatasan yang ada pada penulis, sehingga tidak semua asfek dalam segmentasi pasar unilever dapat disajikan satu persatu secara utuh satu dalam kesatuan yang sempurna, ruang lingkup yang diambil adalah segmentasi pasar dan segmentasi pasar produk unilever dengan mengambil contoh produk yang di produksi.

PEMBAHASAN

Segmentasi pasar produk unilever dalam contoh produk

Unilever adalah perusahaan yang memproduksi berbagai produk, seperti shampoo, sabun, deterjen, pasta gigi dan lain-lain.Unilever kadang-kadang bermain dengan beberapa brand untuk mengisi segmen dan positioning yang yang berbeda-beda, persoalan memanfaatkan momentum dan eksekusi unilever sengaja menggunakan barisan pendukung riset dan intelijen pemasaran agar tidak salah langkah, sejak tahun 2000an, Unilever memiliki manager consumer insight dimasing-masing divisi. Mereka didedikasikan untuk pengembangan merek sekaligus menjadi coordinator aktivitas survey terkait dengan merek. Keberadaan manager consumer insight ini mempercepat informasi tentang merek dan pesaing-pesaingnya serta langka antisipatif yang disarankan.

Contohnya, peran manager consumer insight di segmen produk sampo, karena sunsilk kini oleh konsumen diposisikan untuk kelas menengah, unilever mengeluarkan sampo yang lebih premium dengan mengeluarkan merek dove, sementara untuk level bawah menggunakan merek lifebuoy, cara ini dilakukan karena pasar secara alami terus mengalami pergeseran. Dengan cara ini, pemasaran akan lebih efektif dan tidak tumpang tindih karena dulu antara lifebuoy, sunsilk dan clear bermain di segmen pasar yang hamper sama. Selain itu tentu saja seluruh curuk tidak akan terlewatkan.

(Sudarmadi & Hastopalupi Dyah, Arah strategi pengolahan merek unilever, http://202.59.162.82/swamajalah/sajian/details.php?cid=1&id=4800&pageNum=2)

Seperti shampoo, Unilever memiliki 4 merek untuk 4 segmen konsumen yang berbeda yaitu:

  1. Sunsilk untuk mereka (khususnya perempuan) yang memiliki rambut hitam panjang dengan masing-masing manfaat yang ditawarkannya
  2. Clear untuk kaum muda (pria & wanita) dengan manfaat utama anti ketombe,
  3. Lifebuoy yang dulunya adalah merek sabun tapi dikembangkan menjadi shampoo untuk keluarga yang ingin memiliki rambut sehat, harum dan bebas kuman
  4. Dove untuk mengatasi rambut masa kini dengan segala masalahnya (khususnya rambut rusak, rambut yang menggunakan hair coloring, dll).

(Julivan Rumambi Leonid, diakses pada tgl. 24 Mei 2008 SEGMENTASI PASAR – Pemasaran Massal vs Pemasaran Mikro http://scylics.multiply.com/journal/item/192?&=&item_id=192&view:replies=reverse)

Dari ke empat contoh diatas, Lifebuoy adalah salah satu merek tertua, suatu merek yang benar-benar mendunia sebelum istilah merek global diciptakan. Sabun Disinfektan Royal Lifebuoy diluncurkan pada tahun 1894 sebagai suatu produk baru yang terjangkau di Inggris, untuk mendukung orang mendapatkan kebersihan diri yang lebih baik. Segera setelah diluncurkan, sabun Lifebuoy berkelana ke seluruh dunia, menjangkau negara-negara seperti India, suatu negara tempat sabun ini masih merupakan merek terkemuka di pasar.

Selama 110 tahun lebih dalam sejarahnya lifebuoy selalu merajai bidang kesehatan melalui kebersihan. Hal yang utama bagi lifebuoy adalah Janji perlindungan dan komitmennya untuk mendukung kehidupan melalui perlindungan yang lebih baik Lifebuoy, suatu jaminan perlindungan jika anda merasa terancam. Sebagai contoh, kampanye yang dilakukan pada tahun 1930-an di AS diberi judul “Mencuci tangan membantu menjaga kesehatan”, mendorong penggunaan sabun Lifebuoy untuk membunuh kuman di tangan yang dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan. Kampanye yang sama terus berlanjut hingga saat ini, dengan program pendidikan kebersihan Lifebuoy yang terus berlangsung di negara-negara termasuk India, Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka, Indonesia dan Vietnam.

Semenjak tahun 2000, telah terjadi perubahan besar pada sabun batangan klasik Lifebuoy untuk menjamin agar sabun tersebut memberikan perlindungan kebersihan yang lebih jauh lagi dan pengalaman mencuci yang menyehatkan dan semakin menyenangkan bagi miliaran konsumennya.

Inovasi Lifebuoy

  • Bentuk batu bata merah keras klasik sabun Lifebuoy telah digantikan dengan bentuk Lifebuoy signature yang baru. Bentuk yang baru membuat sabun itu mudah digenggam dan digunakan.
  • Tim Lifebuoy telah mengembangkan suatu formula baru yang memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap kuman dan menimbulkan busa yang kaya pada kulit.
  • Aroma Lifebuoy yang khas seperti obat dan karbol telah digantikan dengan wewangian kesehatan yang lebih menyenangkan dan modern.
  • Lifebuoy telah menjadi lebih dari sekedar sabun batangan berwarna merah – saat ini merek ini memberikan solusi kebersihan dan kesehatan bagi keluarga, termasuk rangkaian sabun batangan, cairan pencuci tangan dan gel pencuci cair. Inovasi Lifebuoy yang paling baru diarahkan kepada keprihatinan utama pada kebersihan dan kesehatan kulit di kalangan remaja ABG dan para pemuda: kulit berminyak dan berjerawat. Lifebuoy Clear Skin adalah sabun batangan yang diformulasikan dengan menggunakan teknologi baru radikal yang sudah terbukti secara klinis mengurangi jerawat yang parah hingga 70% dalam waktu 6 minggu. Dengan pemakaian teratur, dua kali sehari terbukti dapat mencegah dan mengurangi timbulnya kembali jerawat.

Fakta untuk produk Lifebuoy

  • Saat ini Lifebuoy dijual di Asia dan sebagian wilayah Afrika. Lifebuoy merupakan pemimpin pasar di setiap pasar Asia yang menjual produk ini.
  • Pemeriksaan laboratorium membuktikan sabun Lifebuoy memberikan perlindungan 100% yang paling efektif terhadap kuman dibandingkan dengan sabun biasa.
  • Hingga saat ini, 70 juta orang di daerah pedalaman India sudah mengikuti program Pendidikan Kesehatan Lifebuoy – suatu program pendidikan kesehatan pribadi terbesar yang pernah ada di dunia.
  • Pada tahun 2005, Lifebuoy dianugerahi “Citizen Brand” Indonesia sebagai pengakuan atas upaya yang telah dilakukan dalam hal pendidikan pencucian tangan.
  • Hampir separuh pemakai produk Lifebuoy adalah di daerah pedalaman Asia, tempat sebagian besar penduduk tinggal dengan penghasilan kurang dari US$ 1 sehari.

Lifebuoy bar soapProduk LIFEBUOY

Lifebuoy bar soap

Lifebuoy clear skin

Lifebuoy clear skin

Lifebuoy daily care

Lifebuoy daily care

Lifebuoy anti dandruff Lifebuoy anti dandruff

Lifebuoy anti dandruff

Actifresh bodywash

Actifresh bodywash

Marine bodywash

Marine bodywash

Naturepure bodywash

Naturepure bodywash



Totalprotect bodywash

Totalprotect bodywash

(Diakses pada tgl. 24 mei 2008, http://www.unilever.co.id/id/produkkami/personalcare/lifebuoy.asp)

Handwash blue

Handwash blue

Handwash green

Handwash green

Handwash red

Handwash red

(Diakses pada tgl. 27 Mei 2008, http://www.unilever.ae/our-brands/personal-care/lifebuoy.asp)

Dengan demi kian, Unilever telah menggunakan segmentasi demografis dengan membedakan kebutuhan konsumen berdasarkan jenis kelamin, dilihat dari pemisahan fungsi produk yang diproduksinya yaitu Sunsilk untuk mereka (khususnya perempuan) dan clear untuk kaum peria dan wanita. Juga berdasarkan tingkat pendapatan, seperti yang dilakukan pada produk Lipebuoy dengan membedakan kemasan yang tersedia, sehingga bagi konsumen yang menengah kebawah dapat membeli kemasan yang kecil dengan harga yang lebih terjangkau. Unilever juga memainkan brand nya sendiri dalam menentukan segmen pasar.

PENUTUP

Kesimpulan

Unilever menggunakan segmentasi pasar demeografis berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendapatan dan brand juga sangat berperan dalam menentukan segmen pasar dalam memisahkan produk yang diproduksinya, salah satunya yaitu sampo lifebuoy.

DAFTAR PUSTAKA

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran jilid 1 edisi kelima, penerbit Erlangga, 1990

Sudarmadi & Hastopalupi Dyah, diakses pada Tgl. 24 Mei 2008, Arah strategi pengolahan merek unilever, http://202.59.162.82/swamajalah/sajian/details.php?cid=1&id=4800&pageNum=2

Julivan Rumambi Leonid, diakses pada tgl. 24 Mei 2008, SEGMENTASI PASAR – Pemasaran Massal vs Pemasaran Mikro http://scylics.multiply.com/journal/item/192?&=&item_id=192&view:replies=reverse

Diakses pada tgl. 24 mei 2008, http://www.unilever.co.id/id/produkkami/personalcare/lifebuoy.asp

Diakses pada tgl. 27 Mei 2008, http://www.unilever.ae/our-brands/personal-care/lifebuoy.asp




LOGO STIE DWI SAKTI

LOGO STIE DWI SAKTI

About this blog

Pengikut

Mauuuu....

Mauuuu....

Me n best friend

Me n best friend